Selasa, 20 Juli 2010

Rela dengan Allah dan Rela kepada Allah

Perjalanan hari-hari yg kita lalui adalah pergulatan untuk memahami rela. Waktu bergulir. Terus. Hidup bergilir antara mendapat atau kehilangan. Antara tertunaikannya harap atau lepasnya keinginan, jauh di luar kenyataan. Pada kesemuanya itu, kita adalah orang orang yg blajar satu hal mendasar: rela.

Untuk bisa memperoleh, kita harus mencari. Dan sekedar mencari pun kita memerlukan kerelaan diri. Di pagi yang selalu membwt kepergian kita terasa harus tergesa, untuk mencari nafkah misalnya, hanya bila kt merasakan kerelaan penuh utk menjalaninya, maka bekerja, berusaha, adalah panggilan hati yang kt jalani sepenuh kerelaan hati. Di suasana batin seperti itu, mencari nafkah tetap bisa membwt lelah fisik, tapi takkan pernah sampai merusak hati dengan susah. Karena kita rela.

Di senja yg menyertai penat, kt memerlukan kerelaan lain, utk kembali. Pulang tidak semata saat utk menyayangi keluarga bsar, bila ada. Tapi bahkan dlm hidup sendiri sekalipun, itu akan tetap menjadi momen yg kt rindukan. Sebab kita memerlukan tenaga baru, utk menjalani tuntutan kerelaan di esok hari. Kita menyambung hari demi hari dengan tuntutan kerelaan yg luar biasa....

Sultan Hadi pun menambahkan

Menerima taqdir Allah dengan senang hati, ikhlas, lapang dada, bahagia, tanpa merasa kecewa atau marah karena apa yg dinginkan berlawanan dgn realita. Saat keputusan Allah berbeda dgn apa yg kt rencanakan, mk disinilah ujian berat. Tapi kemudian, ada byk hal penting yg mengharuskan kt utk tdk pernah lelah belajar utk rela, agar Allah pun rela dgn kita..

(ayo, baca inspirasi selengkapnya di majalah tarbawi) ^_^

Tidak ada komentar: