Senin, 12 Januari 2015

Antara Ikatan Persaudaraan dan Mencintai karena Allah

Bismillah, Mulai menulis kembali setelah sekian lama “mati Suri” Banyak sekali inspirasi dalam setiap permasalahan hidup yang kita hadapi, Semoga segores pena bisa menjadi pengingat akan kerdilnya diri ini di hadapan Yang Maha Kuasa Begitu lemahnya sang hamba tanpa kasih sayang Rabb-Nya Bersyukur atas nikmat-Nya yang tak terbatas Memohon ampun atas segala khilaf dan salah... Dipenghujung malam ini,, Senantiasa menghadirkan cinta-Nya melalui keihklasan untuk memaafkan saudara Mengkoneksikan diri kita dengan Allah melalui tilawah dan Qiyamullail.. Merefresh kembali makna Saudara Seiman, yang tertancap dalam hati, Ingatlah bahwa sahabat sejati bukan dia yang selalu membenarkan apa yang dilakukan sang kawan, tapi sahabat sejati adalah dia yang selalu mengingatkan tentang “kebenaran” .. Begitu pun saat kita menikah, cintailah pasangan mu karena Allah, bukan cinta buta yang harus membela pasangan disaat ia bersalah, tapi cintailah ia dengan mengingatkan-Nya akan kebenaran. Ingatkanlah saat dia salah memilih jalan atau mengambil keputusan ingatkanllah dia saat keputusan yang diambilnya akan mendzalimi banyak orang meski secara sadar tidak bermaksud mendzalimi. Karena pasangan kita pun hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Bisa jadi kita baru mengenalnya beberapa hari saja, sedangkan orang diluar sana lebih dulu mengenalnya, mengenal segala kelebihan dan kekurangannya. Memang sebagai pasangan kita lebih berhak menjaganya, tapi saudara seiman akan selalu mengingatkan tentang kebenaran sampai kapanpun dan apapun statusnya.. InsyaAllah saudara seiman tidak pernah bermaksud untuk menjatuhkannya, tapi membuatnya terbangun dari lamunan kesalahan, membuatnya terbangun dari ketidakpedulian, mengingatkan sang hati untuk lebih mendekat kepada Yang Maha Kuasa.. Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Maukah aku tunjukkan pada kalian tentang sesuatu yang derajatnya lebih utama daripada sholat, puasa, sedekah?” Para sahabat: ‘Mau, wahai Rasulullah!’ Beliau saw: “perbaiki pergaulan, karena rusaknya hubungan baik berarti mencukur, aku tidak mengatakan mencukur rambut, tapi mencukur AGAMA” (HR At-Tirmidzi) "Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi) "Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali perlindungan-Ku." (HR. Muslim) "Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjumpai saudaramu dengan wajah berseri-seri." (HR. Muslim dan Tirmidzi). Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Perbanyaklah Sahabat-sahabat mu’minmu, karena mereka memiliki Syafa’at pd hari kiamat”. Imam syafi’i berkata “Jika engkau punya teman - yg selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karna mencari teman -baik- itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali” Lalu bagaimana kriteria sahabat yang baik tersebut ? Para ulama menjelaskan tentang sahabat yang baik adalah seperti ini : 1. Lukman alhakim menasihati anaknya:Wahai anakku setelah kau mendapatkan keimanan pada Allah, maka carilah teman yg baik dan tulus.. 2. Perumpamaan teman yg baik seperti “pohon” jika kau duduk di bawahnya dia dpt menaungimu, jika kau mengambil buahnya dpt kau makan.. Jika ia tak bermanfaat utk mu ia juga tak akan membahayakan-mu.. Ulama lain mengatakan : 1. Seorang sahabat adalah orang yang tidak ingin dirimu menderita, akan terus memberimu semangat ketika engkau sedang terpuruk. 2. Tidak ikut mencaci ketika orang lain mencacimu Menurut Imam al-Ghazali ada dua belas kriteria sahabat : 1. Jika kau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu. 2. Jika engkau merapatkan ikatan persahabatan dengannya, maka ia akan membalas balik persahabatanmu itu. 3. Jika engkau memerlukan pertolongan darinya, maka ia akan berupaya membantu sesuai dengan kemampuannya. 4. Jika kau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut dengan baik. 5. Jika ia memproleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu. 6. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik dari dirimu, maka akan berupaya menutupinya. 7. Jika engkau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan sungguh-sungguh. 8. Jika engkau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang kamu hadapi. 9. Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu. 10. Jika engkau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu. 11. Jika engkau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencana itu. 12. Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang mengalah untuk menjaga.