Senin, 08 Agustus 2011

Hari Hari Mendatang Anak Kita

Kalau hari ini kita masih ingat agama, dan merelakan keringat kita di jalan-Nya, maka itu boleh jadi bukan keberhasilan kita. Jika hari ini kita mengingat tanggungjawab kita maka sangat mungkin bukan karena kebaikan yang sepenuhnya lahir dari kesadaran kita, melainkan justru terutama orangtua kita. Mereka menanam benih benih nya, lalu tumbuh mengakar didada kita. Atau para guru kita yang tulus menyemainya, lalu Allah kokohkan dalam hati kita..

Betapa tak berguna kebanggaan terhadap kretifitas dan kecerdasan anak, ketika mereka tidak tahu jalan hidup yang harus ditempuh. Bahkan ilmu agama yang tinggi pun akan sia sia jika mereka tak punya harga diri yang bersih serta tujuan hidup yang pasti. Betapa banyak anak anak yang memiliki keluasan ilmu agama, tetapi karena kita salah menanamkan tujuan, mereka justru menjadi pembawa kesesatan dengan ilmu yang ada pada dirinya.

"dan sesungguhnya setiap orang hanya memperoleh apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang ingin diraihnya, maka nilai hijrahnya adalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya itu." (H.r. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan an-Nasa'i).

Banyak orangtua yang berhasil mendidik anaknya bukan karena kepandaian mendidik anak, tetapi karena doa doa mereka yang tulus. Banyak orangtua yang caranya mendidik salah dari sudut pandang psikologi, tetapi anak anaknya tumbuh menjadi penyejuk mata yang membawa kebaikan karena besarnya harapan orangtua. Di antara mereka ada yang selalu membasahi penghujung malam dengan air mata untuk merintih kepada Allah, diantara mereka ada pula yang menyertai langkah langkahnya dengan niat yang lurus dan bersih.

Seorang ibu rela menyedekahkan harta karena mengharap ridha Allah dan penjagaan iman atas anak anak nya, lalu Allah tegakkan dinding di hati anak sehingga tak terjangkau oleh kerusakan yang ada di sekitarnya. Boleh jadi seorang istri bersikeras meminta suaminya menyucikan harta, lalu Allah sucikan hati anak anak mereka dari keruhnya hati dan kotornya pikiran. Boleh jadi ada bapak bapak yang sibuk dengan perkara yang seakan tak bersentuhan dengan agama, tetapi ssungguhnya ia sedang menolong agama Allah, sehingga Allah berikan pertolongan kepada mereka dengan jalan yang tak terduga.

"Hai orang orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, pasti dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)

Ya Allah alangkah masih sering lalai hati hati kita. Berbuat tanpa berniat. Bahkan di saat kita sedang sibuk berbicara agama pun, yang memenuhi hati seringkali bukan niat yang bersih. Akibatnya hati kita risau dan jiwa kita gelisah. Alih alih membincangkan agama,, yang ada justru perdebatan yang mengeraskan hati.

Astaghfirullahal'azhiim Laa haula walaa quwwata illa billlaah.


Semoga Allah mengampuni kelalaian kita. Semoga pula Allah menggerakkan hati kita untuk lebih mengingat-Nya, sehingga apapun yang kita kerjakan mempunyai nilai di hadapan Allah dan bisa menjadi bekal pulang ke akhirat.

Orang orang yang dahulu berteriak lantang, sekarang mungkin sudah tinggal tulang belulang. Anak anak yang dulu lucu lucu, sekarang mungkin sudah menjadi penyejuk kalbu dan membawa haru karena tulusnya perjuangan mereka. Tetapi sebagian lagi mungkin justru menjadi penyebab air mata pilu para orangtua. Anak anak yang dulu mengeja a-ba-ta-tsa, sekarang mungkin sedang aktif berdakwah. Masa berganti, zaman bertukar, hanya hukum Allah yang tak pernah berubah, meskipun kita menggantinya setiap saat.

Ingat nasihat Ali bin Abi Thalib karaamallahu wajhahu, kita didik anak anak kita untuk sebuah zaman yang bukan zaman kita. Terserah mereka akan jadi apa, yang penting akidah, iman, dan komitmen mereka sama dengan kita atau lebih teguh lagi..

Allah SWT mengingatkan,
"Dan hndaklah orang orang pada takut kalau kalau di belakang hari mereka meninggalkan keturunan yang lemah, dan mencemaskan (merasa ketakutan) akan mereka. Maka bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan qaulan sadidan (perkataan yang benar)." (QS An-Nisa : 9)

Takwa dan berbicara dengan perkataan yang benar. Inilah dua hal yang amat sederhana, tetapi butuh perjuangan yang tak pernah usai.. Seperti anak anak kita kelak, setiap saat bertarung pada diri kita bisikkan bisikkan kepada kesesatan dan bisikkan bisikkan takwa. Fa alhamahaa fujuurahaa wataqwaahaa. Di hati kitalah semua bertarung.

Ya, dua hal itulah yang kita harapkan menjadi bekal bagi anak anak kita kelak. Bukan psikologi, bukan sosiologi.

Semoga Allah kuatkan iman kita dan memperjalankan kita dalam takwa kepada-Nya. Semoga setiap langkah kita senantiasa berata diatas niatyang kokon dan tujuan yang baik serta membawa kepada ridha-Nya dan meninggalkan bekas di hati anak anak dan keturunan kita, sehingga mereka senantiasa memenangka bisikkan takwanya.

Selebihnya, ada banyak hal yang harus kita benahi. Tentang iman kita. Tentang ilmu kita. Juga tentang amal amal kita.

Kepada Allah kita menggantungkan harapan. Hari hari kedepan anak kita, di tengah tantangan yang semakin menakutkan, semoga dapat memberi bobot kepada bumi dengat kalimat laa ilaaha illallaah. Semoga Allah memperjalankan mereka sebagai penolong penolong-Nya. Allahumma aamiin..




Kutipan dari buku "Saat Berharga untuk Anak kita" by Ustadz Fauzil Adhim

Tidak ada komentar: